Cerita Abu Nawas : Melarang Sujud dan Ruku’ Dalam Sholat
lr-schmuck.de – Jika AL Khansa diketahui selaku penyair yang puitis dengan kata- katanya yang menggugah batin, hingga penyair yang satu ini lebih diketahui dengan kecerdikannya dalam melantingkan kritik- kritik namun diselipkanan sedikit lawak. Abu Nawas namanya.
Seseorang figur sufi, filsuf, sekalian penyair, Abu Nawas yang bernama komplit Abu Ali Al- Hasan bin Hani Al- Hakami hidup di era kekhalifahan Harun Al- Rasyid di Baghdad pada 806- 814 Kristen. Sosoknya pula diketahui selaku orang yang licik serta pula eksentrik.
Abu Nawas lahir di kota Ahvaz di negara Persia pada 747 Masehi. Bapaknya bernama Hani Al- Hakam yang ialah orang berdarah Arab serta seseorang badan angkatan tentara Marwan II. Sebaliknya ibunya, bernama Jalban yang berdarah Persia serta bertugas selaku pencuci kain wol. Yup, di dalam badan Abu Nawas mengalir darah Arab serta persia.
Dari cerita Abu Nawas, terdapat satu cerita lawak yang lumayan populer, ialah kala beliau mencegah teman- temannya buat melaksanakan membungkuk serta bersujud dalam doa.
Khalifah Harun Al- Rasyid yang ialah kawan dari Abu Nawas merasa gusar serta marah dengan statment yang dilemparkan oleh karibnya. Kerunsingan itu meningkat dikala Abu Nawas pula berkata jika dirinya merupakan khalifah yang senang tuduhan. Mengenali perihal itu, Harun Al- Rasyid marah besar serta hendak memidana Abu Nawas dengan memacungnya sebab sudah melanggar syariat Islam sekalian mengedarkan informasi yang tidak betul.
Sampai suatu saat, Abu Nawas mengarah Harun Al- Rasyid.
Dalam pertemuannya itu, Harun Al- Rasyid menanya dengan nyelekit pada Abu Nawas.
“Hei Abu Nawas, benarkah kamu berpendapat untuk tidak melakukan rukuk dan sujud dalam salat?”
Dengan tenang Abu Nawas menjawab, “Benar, saudaraku.”
Mendengar balasan yang diutarakan oleh Abu Nawas, Harun Al- Rasyid terus menjadi terbuat panas olehnya. Ia juga kembali menanya,”Apakah benar bahwa kamu berkata kepada masyarakat kalau aku adalah seorang khalifah yang suka fitnah?”
Abu Nawas kembali menanggapi, “Benar, saudaraku.”
Mengatahui kalau apa yang didengar oleh Harun Al- Rasyid itu betul, buatnya terus menjadi marah serta murka.
“Kamu pantas dihukum mati karena telah melanggar syariat Islam dan menyebarkan fitnah tentang khalifah,” ujar Harun Al-Rasyid dengan suara tinggi.
Bukan meminta maaf, tetapi Abu Nawas cuma menjawab lepas seraya senyum pada teman- temannya.
“Saudaraku, aku memang tidak menolak bahwa telah mengeluarkan dua pendapat tadi. Tapi, sepertinya kabar yang kamu dengar tidak lengkap. Kata-kataku dipelintir, dijagal seolah-olah aku berkata salah,” kata Abu Nawas.
Dengan nyelekit, Harun Al- Rasyid mengatakan,” Apa maksudmu? Janganlah membela diri, anda sudahmengaku serta berkata kalau berita itu betul.”
Abu Nawas yang lagi berdekatan dengan Harun Al- Rasyid sembari bersandar, lalu berdiri serta menarangkan dengan tenang apa yang sesungguhnya terjadi.
“Saudaraku, aku memang berkata rukuk dan sujud tidak perlu dalam salat, tapi dalam salat apa? Waktu itu aku menjelaskan tata cara salat jenazah yang memang tidak perlu rukuk dan sujud.” Jelas Abu Nawas.
“Lalu, soal aku yang difitnah?” tanya Harun Al-Rasyid.
“Kalau itu, aku sedang menjelaskan tafsir surat Al-Anfal ayat 28, yang berbunyi ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu. Sebagai seorang khalifah dan seorang ayah, anda sangat menyukai kekayaan dan anak-anak, berarti anda suka ‘fitnah’ (ujian) itu,” jawab Abu Nawas dengan senyuman.
Khalifah Harun Al- Rasyid juga tertunduk malu setelah mendengar uraian Abu Nawas. sekaligus, apa yang dijelaskannya pertanyaan tuduhan itu merupakan wujud singgungan untuk Harun Al- Rasyid yang sangat larut dalam kebahagiaan dunia.
Berita- berita tidak betul itu rupanya sampai dari para pembantu- pembantu Harun Al- Rasyid yang merasa tidak suka melihat keakraban bagindanya dengan Abu Nawas. Hingga, informasi hoaks itu juga mencetuskan amarah Harun Al- Rasyid.
Begitulah, salah satu cerita mengenai penyair yang dapat melapis sesuatu singgungan serta dibumbui sedikit lawak dan memasukkan unsur- unsur agama Islam di dalamnya.