Lokal Cuma Kuasai 0,2% Pasar Game RI Rp 16 T – Developer game lokal tetap belum jadi tuan tempat tinggal di negeri sendiri. Buktinya pasar game online tetap dikuasai oleh developer asing layaknya Mobile Legends dan PUBG Mobile.
Menurut knowledge asosiasi IP development, Cipta Kreasi (CAKRA) pasar game Indonesia pada 2018 lalu capai US$1,13 miliar atau setara Rp 16 triliun (asumsi Rp 14.000/US$). Sayang game lokal hanya menguasai 0,2%. Sisanya dikuasai game luar negeri.
Pasang Bola
Presiden asosiasi CAKRA, Ivan Chen, menjelaskan bersama pertumbuhan market game di Indonesia yang benar-benar tinggi mestinya pemerintah fokus untuk mendorong produksi game nasional jadi sektor unggulan untuk menolong kurangi defisit neraca perdagangan nasional (NPI).
Maraknya game online bisa mengakibatkan defisit melebar dikarenakan dana untuk belanja item game ditransfer ke rekening developer asing di luar negeri. Dana tersebut tidak masuk ke proses keuangan Indonesia.
“Dilihat dari game China, ini saya gak berkenan nyebut, dia revenue-nya saja telah menyentuh US$1 miliar. Lah katanya berkenan turunkan defisit negara, kok yang lebih di support jadi industri game asing, Menurut saya itu ada yang aneh,” ucap Ivan kepada CNBC Indonesia, (12/2/2020).
Ivan Chen mengutarakan industri game lokal tidak tidak cukup diperhatikan pemerintah ketimbang industri kreatif lainnya.
“Bahkan industri game waktu ini lebih besar dari industri film, senantiasa saja enggak ada yang nge-handle tetapi film saja ada instansi perfilman nasional,” ujarnya.
Bukan tanpa alasan Ivan menjelaskan layaknya itu, dari hasil riset Newzoo, pasar game di Indonesia pada tahun 2015 telah sukses mencetak penghasilan US$321 juta dan naik secara cepat jadi US$704 juta pada tahun 2016. Sedangkan di tahun yang mirip industri film hanya mendapat $280,8 juta.
Kemudian, penghasilan game di Indonesia pada tahun 2017 naik jadi US$880 juta dan pada 2018 mengalami kenaikan yang vital bersama mengantongi US$1,13 miliar. Bila dihitung dari 2016 hingga 2018, terjadi kenaikan 300%.
Ivan Chen mengkritik soal pendekatan pembentukan ekosistem eSports yang dilakukan. Selama ini fokusnya hanya pada pro team dan liga atau turnamen saja. Pendekatan untuk mengakibatkan game dan mendorong game lokal untuk di ekspor.
“Kita mestinya menciptakan kapabilitas ekonomi buat Indonesia layaknya ‘gimana yuk kami buat game, lalu kami ekspor,” ujar Ivan.
“Di dunia saja, dari knowledge saya kumpulkan bahwa ekspor game Korea Selatan itu nomer satu untuk ‘cultural content export’ yang sekarang besarnya 11 kali lipat dari ekspor K-Pop, K-pop itu jadi ranking 5. Lalu China juga ekspor nomer satunya game,” jadi Ivan.
Ia menjelaskan ekosistem industri game lokal akan membaik kecuali terdapatnya perlindungan peran dari multisektor yakni Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Saat ini biasanya developer game lokal tetap terjadi sendiri-sendiri tanpa terdapatnya sokongan lebih dari pemerintah.
“Saya telah kirim audiensi ke Kominfo dan Kemenparekraf, hingga sekarang tidak ada tanggapan. Padahal saya mendambakan mempresentasikan gimana supaya Indonesia bisa garap ini jadi sebuah industri dikarenakan dari knowledge saja tahun ini ada 100 juta orang itu main game yang temanya eSports,” ucap Ivan.