Pak Martokapiran yang hidup menduda semenjak ditinggal istrinya, merasa terbantu dalam memasak tanah perkebunannya, kala Mukidi, seseorang mahasiswa pertanian yang lagi KKN membagikan konseling serta dorongan pada masa tabur.
Menjelang akhir tugasnya, pak Marto ucapan dengan anak muda itu:“ Nak Mukidi, aku berterimakasih sekali telah dibantu memasak tanah aku, pula terimakasih telah diberi konseling. Buat itu aku hendak melangsungkan acara perceraian untuk- mu.” tuturnya.
“ Terimakasih banyak pak,” Mukidi bahagia,“ janganlah bersusah payah.”
“ Asal kalian kokoh minum saja,” tutur pak Marto,“ soalnya saya hendak sediakan banyak bir.” tambahnya.“ Ah ayah ketahui saja,” jawab Mukidi,“ bertepatan sepanjang disini tidak setetespun alkohol masuk tenggorokan aku.”
“ Kemudian terdapat bergelut,” tutur pak berumur lagi,“ kuharap ototmu lumayan kokoh.”“ Janganlah kuatir pak,” jawab Mukidi meski‘ tak faham,“ sepanjang disini raga aku berpengalaman amat bagus.”
Pak berumur tersimpul,“ anda tentu pula senang sex bukan?” Mukidi nyengir, tetapi bayang- bayang gadis- gadis dusun yang sedang ranum serta banal berpusar di kepalanya. Pikirannya mulai ngeres.
“ Ngomong- ngomong aku wajib gunakan pakaian apa pak?” pertanyaan Mukidi bercahaya.“ Tergantung, apa saja yang anda senang, ingin gunakan batik bisa, gunakan jins pula bisa“ jawab pak Marto,“ wong pestanya cuman kita berdua koq….”